Jumat, 17 April 2020

Surat Elektronik: Sebuah Pesan Membosankan


Sebelumnya, kuberi tahu dulu Ini tulisan lama gabungan tulisanku dengan tulisannya dan ingin dibagikan hanya untuk mengisi kekosongan postingan blog ini. Tidak ada maksud apapun, karena seperti nama blog Ini hanya sekadar menuliskan.

///

Baiklah, dimulai saja.

Ahya hatiku masih tentangmu masih tentang rindu yang menggebu. Aku takut pada liarnya pikiranku, pada angan semu yang menjadikanku patah lalu luka sendirian. Aku takut pada pikiranku yang menyerang secara membabi buta lalu memporak-porandakan apa yang ada.

Rasanya bodoh tapi lucu, setiap kali aku mengingat kata darimu, ah rasanya itu bisa membuatku kesal tanpa sebab karena bisa membawaku kesebuah lorong-lorong masa lalu dan tiba-tiba proyektor berisi kenangan terpancar otomatis didalam pikiranku. Lalu, aku dihempaskan oleh kenyataan kalau semuanya telah berlalu dan yang sekarang tersisa hanyalah air mata.

Saat ini, Ingin rasanya aku menuangkan semua kata yang mewakili perasaanku ini, betapa ku merindukan kebahagiaan menyapaku seperti dulu. Ingin aku menyapamu, mengetahui kabarmu, bercerita ini itu padamu, bertukar pesan hingga larut malam, tertawa sendiri saat melihat pesan singkat darimu, dan masih banyak hal yang ingin aku lewati bersamamu. Tapi, kini yang terjadi hanyalah senyuman tipis yang dapat aku persembahkan untuk mengantarmu menuju kebahagiaan.

Aku percaya, suatu saat nanti jika memang kamu orangnya kita pasti akan berjumpa lagi dalam situasi dan kondisi yang sudah membaik. Keep calm and stay focus, kejar semua impianmu, jalani dan lakukan apa yang kamu sukai dan apa yang kamu inginkan, Aku selalu do'akan dan dukung kamu dengan caraku sendiri.

Sampai Jumpa Di Takdir Illahi...

Mungkin lebih tepatnya sampai kita tak mampu menahan beratnya rindu dan sakitnya hidup dalam kepura-puraan. kamu paham dan mengerti kita berpisah bukan karena saling membenci atau sudah tak saling menyayangi tapi karena ternyata hubungan kita saat ini hanya menjadi penghambat kita meraih mimpi. Bukan, bukan berarti kamu jadi beban untukku ataupun aku jadi beban untukmu. Tapi hawa nafsu dan ambisi kita yang merusak semua itu.

Kelak, bisa jadi kamu yang datang kepadaku membawa keputusan untuk bersama lagi ataupun aku yang datang padamu atau mungkin kita tak akan pernah bersama lagi karena sudah ada pengganti atau rasa ini sudah tak sama. Tapi kita harus terima itu karena itu konsekuensi bukan?


0 komentar:

Posting Komentar